Detasemen Khusus Antiteror (Densus 88) dikabarkan sedang berada dalam konflik internal. Pasalnya, dalam memeriksa terduga teroris mereka sudah kelewatan. Misalnya, dengan cara menghina Nabi Muhammad Saw. Anggota Densus yang muslim tidak terima dengan cara interogasi yang menyinggung SARA tersebut.
Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al Khaththath menyatakan hal tersebut dalam konferensi pers di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kamis (01/10).
“Saat ini di tubuh kepolisian termasuk Densus 88 telah terjadi konflik kepentingan berdasarkan sentimen agama,” terang Khaththath.
Khaththath mengemukakan fakta konflik internal di tubuh Densus 88 ini dimulai ketika ada anggota badan khusus itu memeriksa tersangka kasus terorisme dan ditengarai sambil menghina Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.
Rupanya, sikap penghinaan itu telah memancing amarah anggota yang lain, yang beragama Islam.
“Akhirnya sesama Densus saat itu berkelahi karena yang Muslim tidak terima Nabinya dihina,” ujar Khaththath.
Pengamat intelijen Mustofa B Nahrawardaya, membenarkan pernyataan Al Khaththath.
Menurut Khaththath dan Mustofa, pola-pola ini untuk membangun stigma anti syariat ini, persis seperti operasi Komando Jihad (Komji) yang pernah digunakan Ali Murtopo di era Orde Baru.
Lebih jauh Khaththath mengajak umat bersabar akan masalah ini.
“Umat Islam hanya perlu bersabar dan tetap berkordinasi dengan institusi keulamaan di Indonesia dalam menghadapi isu-isu terorisme,” himbaunya. (arrahmah)
Sumber: indonesia.vow.news
Loading...