Wahai Ibu,Surga Tidak Pantas Di Bawah Telapak Kakimu! Jika Engkau Melakukan 6 Perbuatan Ini


Siapapun
anda, pasti anda pernah mendengar kalimat bahwa “Surga di bawah telapak kaki
Ibu”.
Karena anda tahu bahwa tanpa adanya perantara seorang ibu, anda sudah
pasti tidak akan berada di dunia ini.

Zaman sekarang ini, kalimat itu masih menjadi senjata andalan bagi banyak ibu,
terutama jika mendapati anaknya membantah, tidak menuruti perintah atau
keinginan sang ibu, atau bahkan berbuat aniaya terhadap ibu. Namun, sejumlah
alasan ini membuat anda sebagai ibu perlu meraba diri dan menginstropeksi
dalam-dalam, apakah surga pantas berada di bawah telapak kaki ibu??

Wahai Ibu,
anda harus tahu jika anda termasuk salah satu orang yang melakukan perbuatan di
bawah ini maka Surga Tidak akan pantas berada di bawah telapak kakimu. Simak
penjelasannya:

1. Ibu yang
tidak mengharapkan kehadiran anaknya.
Ibu ini
benci, sedih, gelisah, frustasi, marah, menyesal atau bahkan mengutuk
kehamilannya. Berbagai alasan dijadikannya alasan untuk menolak kehamilan.
Bahkan ada yang melakukan segala macam cara untuk menghentikan kehamilan.
Bagaimana mungkin sang anak yang lahir nantinya dapat mengharap surga dari ibu
yang tidak mengharap kehadirannya?

2. Ibu yang
tidak menjaga kehamilannya.
Bisa jadi
ibu ini menginginkan kehamilan, namun tidak mau tahu bagaimana menjaga
kehamilannya. Ibu ini tidak menggunakan 9 bulan kesempatan yang diberikan Allah
padanya untuk berkomunikasi dengan bayi yang dikandungnya. Tidak ada sentuhan
tangan si ibu, tidak ada suara bacaan al Quran. Tidak ada usaha untuk
memperkenalkan dan mendekatkan calon bayinya dengan Allah. Tidak ada sikap
sayang atau perhatian untuk menjaga kehamilan. Dengan kata lain ibu ini
mengabaikan kesehatan dirinya dan bayinya, baik kesehatan fisik maupun
spiritualnya. 




Mungkin saja dengan kemampuannya, ibu ini telah mempersiapkan
seluruh perlengkapan terbaik untuk menyambut sang bayi, namun ibu ini tidak
mempersiapkan kebutuhan dasar bayinya. Yakni kesehatan jiwa yang didapat dari
ibadah kepada Allah dan kesehatan fisik yang didapat dari gizi, nutrisi, pola
makan, olahraga dan sebagainya. Bagaimana anak bisa mengharap surga dari ibu
yang tidak mengistimewakan kehadirannya?

3. Ibu yang
tidak memberi tauladan baik bagi anaknya.
Sepanjang
kehamilan hingga bayinya lahir dan tumbuh besar, dari anak-anak hingga dewasa,
ibunya banyak berkata kotor, bergunjing, berbohong, mencela, menghina, memaki,
mengumpat, mengadu domba atau bahkan memfitnah, mencuri. Ibu ini lebih banyak
berbuat hina dan tercela daripada beribadah kepada Allah. Seluruh perbuatannya
sepanjang hidupnya yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan anaknya
(khususnya di masa pertumbuhan sang anak) bagaikan telapak kaki yang membekas
kuat di diri sang anak. Bagaimana mungkin terdapat surga di bekas telapak kaki
semacam ini?

4. Ibu yang
meninggalkan dan menelantarkan anaknya.
 Khususnya anak yang masih dalam masa
pertumbuhan. Lima hingga tujuh tahun pertama kehidupan anak sangat membutuhkan
ibunya untuk mengajarkan padanya tentang bagaimana melayani dirinya,
mengajarkan kehidupan yang benar padanya. Dimasa itulah pembentukan karakter
dan kepribadiannya. Dimasa itulah pengetahuan (yang baik maupun yang buruk)
dapat melesat dengan sangat cepat dan melekat kuat di diri sang anak hingga
dewasa. Ibu yang melewati masa itu tidak bersama anak akan tidak mengenal kuat
anaknya, begitu pula anaknya tidak terlalu mengenal ibunya. 




Maka bisa
dibayangkan orang dewasa selain ibunya yang dekat dan sering bertemu dengannya,
pada orang itulah sang anak bercermin. Jika ibu menitipkan anaknya pada seorang
yang bertakwa pada Allah dan meyakini anaknya tinggal di lingkungan yang
Islami, dan ibu pergi dengan alasan yang syar’i, hal ini mungkin masih dapat
diterima. Namun sebaiknya, apapun alasannya, ibu yang bijak dan beriman tidak
akan tega meninggalkan anaknya dalam waktu lama di masa pertumbuhan ini.

5. Ibu yang
hanya mementingkan kepentingan duniawi sang anak.
Ibu ini
sibuk bekerja dan mungkin juga berdoa agar anaknya tercukupi semua kebutuhan duniawinya,
bahkan kalau bisa hingga sang anak dewasa. Ibu berjuang keras agar anaknya
punya tabungan banyak, punya rumah, punya tanah, menyandang pakaian dan
perhiasan yang membanggakan sang ibu, memiliki pekerjaan dengan penghasilan
besar, memiliki jabatan tinggi, memiliki pendamping hidup yang kaya. 




Seringkali
ibu seperti ini bahkan telah menyiapkan segala kebutuhan anaknya hingga dewasa
sehingga anak tidak mampu memecahkan masalahnya sendiri saat ia dewasa. Ia
tidak tahu bagaimana caranya survive dalam hidupnya karena sepanjang hidupnya
ibu telah menyediakan segala sesuatunya. 




Ibu ini mungkin ahli ibadah, tapi ia
tidak merasa perlu untuk membentuk anaknya ahli ibadah pula, tidak
mempersiapkan sang anak untuk kebahagiaan akhiratnya. Tidak pernah mengingatkan
anaknya untuk sholat dan ibadah lainnya. Ibu ini biasanya sudah cukup puas
dengan anaknya tidak berbuat buruk pada orang lain. Bagaimana anak bisa
mengharap surga dari ibu yang tidak pernah mengajarkan anaknya meraih tiket
surga?

6. Ibu yang
keras terhadap anaknya, baik kekerasan verbal maupun fisik.
Sepanjang
hidup anak (terlebih di masa pertumbuhannya), ibu ini banyak berkata dan
bersikap kasar pada anaknya. Ibu ini bahkan tak segan memberikan kekerasan
fisik pada anaknya. Semua masalah diselesaikan dengan kekerasan dan hukuman.
Tidak ada perhatian dan kasih sayang. Tidak ada sikap lembut dan pengertian.
Bagaimana anak bisa mengenal surga jika sepanjang hidupnya disuguhi neraka.

Apakah ada
dalam diri anda satu kemiripan dengan contoh ibu tersebut? Betapa menyesalnya anda
jika hadist nabi “Surga di bawah telapak kaki ibu”, tidak berlaku bagi anda.

Tulisan ini
sengaja penulis tulis dengan sangat sederhana agar dapat dimengerti ibu dari
berbagai kalangan. Ibu, sungguh panggilan itu sangat berarti besar bagi seorang
perempuan. Tak selayaknya anda menyepelekan panggilan ibu dari anak-anak anda.
Ibu sangat menentukan kebahagiaan dunia akhirat anaknya. Mari memperbaiki diri anda.
Agar anda layak dipanggil ibu, agar surga pantas ditempatkan di bawah telapak kakimu.

Klik SHARE bila anda setuju dengan
artikel ini.
Loading...

    Loading...