BUTUH ULURAN TANGAN: BOCAH 10 TAHUN ASAL DEPOK INI IDAP TUMOR SEJAK DUA TAHUN


Yuniar Tri Andini, bocah 10 tahun pengidap tumor di rumahnya di Kampung Perigi, Sawangan, Depok.


Silahkan Share - Yuniar Tri Andini, bocah perempuan sepuluh tahun itu tampak terbaring lemah di atas kasur kusam di ruang tengah rumahnya yang sangat sederhana, di Kampung Perigi, RT 5/6, Kelurahan Bedahan, Sawangan, Depok, Jumat (15/7/2016).

Sesekali Andini, panggilan akrabnya, meringis kesakitan menahan pedih.

"Perih dan panas mak," kata Andini lemah kepada ibunya Sutinah (40) yang terus ada di sisinya.

Jika sudah begitu, Sutinah hanya bisa menatap haru putri bungsu dari tiga bersaudara buah hatinya dengan tatapan pasrah dan kosong.

Ia lalu mencoba mengipas anak bungsunya itu dengan kertas atau mengusap wajah anaknya dengan kain.

Air matanya sesekali jatuh melihat derita anak perempuannya itu.

"Andini termasuk anak yang kuat, saya bangga" katanya dengan suara parau dan mata berkaca-kaca.

Kondisi Andini memang sangat memprihatinkan.

Ia menderita tumor ganas di wajah, perut dan punggungnya. Tumor itu sudah diderita Andini sejak dua tahun lalu atau sekitar 2014 lalu.

Bahkan tumor ganas di wajah Andini kini sudah tampak seperti bola sebesar dua kepalan tangan orang dewasa.

Tumor menutupi mata kanan hingga pipi atau sebagian wajah kanan Andini. Tumor di pipi kanan Andini itu tampak memerah.

Bukan itu saja, tumor yang besarnya hampir sama juga tumbuh di perut kanan dan punggung kanan belakang Andini.

Karena itulah, Andini hanya bisa berbaring dan sudah tak sekolah lagi sejak beberapa bulan lalu.

Ia semestinya kini duduk di kelas V SD.

Wahyudi (43) ayah Andini menuturkan tumor yang diderita putrinya itu sudah terjadi sejak dua tahun lalu.

"Awalnya ada benjolan di perut dan wajahnya. Saat dicek ke puskesmas ternyata mengidap tumor," kata Wahyudi yang bekerja sebagai satpam di salah satu perumahan dengan penghasilan pas-pasan.

Menurut Wahyudi, saat mengetahui anaknya mengidap tumor akhir 2014 lalu, ia lalu memfotonya dan mengabarkannya ke semua rekannya melalui media jejaring sosial.

"Dari sana banyak donatur baik kerabat maupun kenalan dari berbagai daerah memberikan sumbangan," kata Wahyudi.

Hingga akhirnya Andini sempat menjalani operasi tumor pertamanya di RS Fatmawati, Agustus 2015 lalu.

"Waktu itu biaya operasinya sampai Rp 125 Juta. Semuanya bantuan dari donatur," kata Wahyudi.

Namun setelah menjalani operasi, sejak akhir 2015 lalu, tampaknya tumor di tubuh anaknya itu masih tetap ada, terutama di wajahnya.

"Bahkan sampai sekarang tumor di wajahnya semakin membesar dan menutupi matanya. Karenanya penglihatannya juga terganggu," kata Wahyudi.

Sebab kata dia saat mengetahui tumor masih ada paska operasi, dirinya tak mampu membiayai pengobatan Andini.

"Menurut dokter di RS Fatmawati setelah operasi pertama, Andini meski dioperasi lagi.

Namun karena biaya gak ada, operasi lanjutan belum kami lakukan," kata Wahyudi.

Karenanya Wahyudi berharap ada bantuan dari sejumlah pihak agar anaknya bisa mendapat pengobatan lanjutan lagi.

"Sejak beberapa bulan lalu, anak saya sudah tidak sekolah lagi. Karena perih makin terasa di tumornya di wajah, perut dan punggung," kata Wahyudi.

Sutinah, ibu Andini, sangat berharap anaknya itu mendapat pengobatan dan sembuh.

"Saya mau anak saya bisa sembuh dan menjalani kehidupan secara normal lagi. Kemauan Andini untuk sekolah sangat besar. Dia sangat senang sekolah. Tapi kondisinya kini tak memungkinkan," kata Sutinah berkaca-kaca.
Loading...

    Loading...