Sungguh tragis nasib yang dialami oleh bocah delapan tahun, Mel. Bocah asal Nias di Labuhan Deli ini mengalami perlakuan kejam dari orang tua angkatnya. Tak hanya Mel saja yang dianiaya, sang kakak, Heti Lase (28) juga mengalami hal yang sama. Penyiksaan terhadap keduanya mengundang simpati dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA).
Kedatangan Komnas PA, Arist Merdeka Sirait di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan, Selasa (20/9/2016) pagi, adalah momentum korban mengungkapkan kekejaman orangtua angkatnya, Suparto (39) dan Yasmin Laia (38).
"Saya sering dipukul, Pak. Sama Bapak dan Tante (Yasmin dan Suparto) pukul saya pakai pisau dan kayu," ungkap Mel dengan suara terbata-bata kepada Arist.
Kondisi yang masih memprihatinkan, Mel tampak masih belum stabil dan kehilangan energi untuk mengungkapkan curahan hatinya. Mirisnya, bocah tersebut mengaku telinganya pernah disayat hingga luka.
"Saya pernah dijepit juga pakai tang. Sakit sekali rasanya waktu itu, Pak," akunya.
Pandangan Arist tak lekang melihat sekujur tubuh bocah malang tersebut. Di sudut matanya tampak air bening yang hampir menetes. Arist meminta kepada semua pihak agar dapat membantu pengobatan Mel, karena menurutnya persoalan bocah itu bukanlah main-main. Dia mengaku akan berusaha berkoordinasi dengan pihak Kepolisian Belawan untuk mengusut tuntas kasus tersebut.
"Persoalan anak adalah persoalan kita semua. Karena wilayah hukum kejadian itu berada di Deliserdang, maka Pemkab Deliserdang harus mau membiayai pengobatan korban. Kalau korban ini dibiarkan, tentu ini merupakan kegagalan dari Pemkab," katanya.
Terpisah, Kepala Rumah Sakit RSU Bhayangkara Medan, Kombes Farid mengatakan, banyak sekali bekas luka yang dialami Mel.
"Bekas siraman air keras itu, kita lihat ada di bokong, punggung, lengan kanan kiri serta leher. Untuk bekas jeratan ada di kaki kanan kiri. Dan bekas benda tumpul ya, ada di mata sama lengan kiri," ungkapnya.
Farid belum dapat memastikan kapan Mel dapat keluar dari RSU.
"Kan orang bisa cepat pemulihan fisik ya, tapi untuk psikis kan susah diobati. Jadi kita sudah buat tim untuk mengobati semua korban tersebut. Ada tim untuk luka bakar, tim dokter ahli, tim osikologis dan banyak lagi," katanya [berantai]
Loading...