Doa yang dipanjatkan anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra, HR Muhammad Syafii pada Rapat Paripurna Pembukaan Masa Persidangan I DPR RI tahun sidang 2016-2017 di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (16/8) membuat heboh dan viral di media sosial.
Berbagai reaksi publik pun beragam. Ada yang membenarkan, ada pula yang mencibir, karena Romo Syafi'i (begitu ia disapa) berasal dari partai oposisi. "Jauhkan kami dari pemimpin yang khianat yang hanya memberikan janji-janji palsu, harapan-harapan kosong, dan kekuasaan yang bukan untuk memajukan dan melindungi rakyat ini, tapi seakan-akan arogansi kekuatan berhadap-hadapan dengan kebutuhan rakyat," seperti itulah cuplikan Doa Muhammad Syafii ini.
Saat ditemui di ruang kerjanya, Gedung Nusantara I DPR, lantai 21 tempat Fraksi Gerindra bernanung, Romo Syafi'i mengaku tak pernah menyiapkan konsep saat akan memimpin doa. Ia selalu spontan dalam berceramah dan berdoa. Berikut wawancara Ervan Bayu dari Gatranews bersama Muhammad Syafi'i:
Bagaimana prosesnya anda bisa menjadi pemimpin doa saat Paripurna Pembukaan Masa Sidang DPR?
Jadi pertama kenapa saya yang baca doa itu kan ada giliran, di MPR itu kan giliran PDIP, Pak Hamka Haq, kemudian di Paripurna DPR-DPD itu kan giliran Golkar Pak Mujib Rahmat, baru yang ketiga Pembukaan Masa Sidang, baru giliran Gerindra kebetulan pimpinan fraksi menunjuk saya.
Darimana Ide "Doa Yang Menggemparkan" itu?
Dari awal baik kesekjenen maupun panitia minta saya menyiapkan konsep, saya memang belum pernah berpidato apalagi berdoa memakai konsep. Maka saya bilang 'belum tahu apa yang mau saya doakan'. Menjelang saya ke ruangan itu pun masih ditanyakan konsep. Saya bilang 'enggak ada', karena memang saya terbiasa tidak menggunakan konsep.
Maka saya coba refleksi kemerdekaan yang sudah 71 tahun ini dengan fakta yang ada dan mungkin akan dilengkapi dengan situasi terakhir yang saya jumpai di ruang paripurna. Saya pun datang ke ruangan paripurna, panitia masih nanya 'ada konsepnya Pak?' saya jawab 'enggak ada'.
'Kira-kira Bapak berdoa tentang apa?' Setelah dia pergi saya malah stres, saya mau doa apa ini? Akhirnya saya menyimak Pak Akom pidato [Akom adalah panggilan Ketua DPR Ade Komaruddin dari Golkar--REDAKSI], saya menyimak Presiden pidato, baru muncul rangkaian doa yang akan saya sampaikan, itu pun baru setengahnya atau 60% lah.
Begitu saya dipanggil untuk memimpin doa saya mulai menyampaikan yang 60% di hati saya, yang 40% mengalir karena itu terkait yang 60% tadi, dan tiba-tiba terasa di hati saya, bangsa ini sudah sangat menderita gitu dan situasi politik ekonomi kita sudah pada tingkat yang berbahaya.
Kalau kita berbicara tentang nasionalisme, tentang pasal 33 UUD itu sudah pada tingkatan yang berbahaya. Maka dari itu keluarlah doa itu bagaimana kondisi bangsa, sosial budaya, dan arogansi aparat.
Muhammad Syafii mendukung Walikota Medan Dzulmi Eldin menghentikan pembangunan Apartemen Hermes Place di Jalan Mongonsidi Medan., karena diprotes pengurus Mesjid At Taqwa. (toba.satu.com)
Doa anda menjadi viral di Youtube dan media sosial, tanggapan anda?
Tapi memang saya menjadi kaget luar biasa, apalagi barusan mereka [staf anggota DPR] sudah bilang 'itu sudah jutaan Romo yang nonton', masya Allah saya bilang, sudah gimana kali negeri ini, baru doa segitu saja kok sudah gempar saya bilang. Dan saya ditunjukkan tadi 'Romo mewakili apa yang kami rasakan', 'apa yang Romo sampaikan merupakan aspirasi kami'. 'apa yang Romo doakan memang terjadi disini', seperti itu.
Doa anda dianggap menyidir pemerintahan dan bermotif politik, tanggapan anda?
Kalau kita doa di tempat orang meninggal kita berdoa agar dosanya almarhum diampuni, dan kita yang ada disini jangan bikin dosa maka kita nanti akan mati. Nah ketika doa saya itu di gedung politik, yang dihadiri oleh pejabat-pejabat politik, ya tentu doa kita terkait dengan hal-hal yang politik.
Melihat dari sisi misi kita berdoa itu kan sampai. Kemudian juga ada yang bilang membuat gaduh, ya itu saya kira di alam yang terbuka dan alam demokrasi itu biasa terjadi. Saya bilang gini 'saya juga merasa saya pemimpin'. Makanya saya menangis. Itu meluncur deras di doa saya itu. Dan saya mengatakan kalau saya tak bisa merubah ini semua, saya diganti saja.
Ada yang merasa tersindir?
Itu diluar dugaan saya, dan tidak ada saya berniat menyndir, tapi kalau ada yang terasa, bagaimana saya bisa bilang. Kalau ada perbedaan pendapat di masyarakat, ya saya anggap itu, ya tidak yang saya ingin ciptakan, kalau ada yang merasa tersinggung. Tapi kalau mau ditanggapi secara objektif, itu sebenarnya ya serasa dialamatkan kepada kita kan lebih bagus kan sebagai koreksi agar menjadi perbaikan.
Apa ada motif politik atau pesanan dari partai anda? Apalagi partai Gerindra adalah oposisi?
Saya juga merasa yang saya doakan itu juga diri saya. Karena saya menganggap aku ini DPR lho. Jadi saya juga mendoakan diri saya juga. Saya menangis karena masih banyak yang belum saya selesaikan selama menjadi pemimpin. Jadi tak ada pesanan-pesanan, apalagi diarahkan, itu murni dari apa yang menjadi realitas, sekaligus menjadi perhatian agar bangsa Indonesia menjadi lebih baik.
Apakah ada respon dari kerabat, sesama anggota DPR, maupun masyarakat?
Saya kemarin itu sampai 3 kali charger hp, karena terus terima telepon, SMS. Itu saya kira sampai hari ini lebih dari 1000-an SMS, 100% mengapresiasi, telepon yang masuk, kadang kita menangis juga, ada yang telepon saya bilang 'saya masih terhormat punya teman seperti anda', 'saya bangga punya kakak seperti anda'.
Ada juga SMS bilang 'hati-hati jangan jalan sendirian', 'hati-hati jangan minum sembarangan', seperti itu. Ya kalau dari partai saya begitu turun, terus terang saat itu pimpinan partai dan fraksi, mengucapkan selamat, bilang 'doanya bagus', seperti itu. Pak Fadli Zon kan semua lihat dari podium (mengacungkan jempol) bilang bagus.
Apa tanggapan dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto?
Setelah Sidang, semua anak, menantu, cucu saya, datang dari Medan. Mereka ingin bertemu Pak Prabowo, saya ajak mereka ke Hambalang. Kebetulan disana juga sedang perayaan HUT RI. Beliau (Prabowo) bilang ke saya 'apa tanggapan masyarakat?'. Dia tanya gitu, 'ada enggak gangguan setelah doa itu?' Artinya dia ingin melihat apa ada tendensi-tendensi tertentu.
Saya jawab 'siap... tidak ada. Dia tanya 'kenapa doanya seperti itu?'. Saya ungkapkan saya hanya melihat yang tidak seharusnya di Republik ini. Negara kita kaya. Tapi faktanya tidak seperti itu. Makanya saya minta ya Allah agar para pemimpin kembali ke jalan yang benar termasuk saya.
Beliau bilang 'bagus! Pak Prabowo ini dia sangat tidak suka menjelek-jelekkan orang. Kalau ada yang bilang pemerintah sekarang bobrok, maka dia akan bilang dengan orang itu 'kamu juga bobrok karena kamu ada di dalam'. maka orang enggak berani jelek-jelekkan di depan dia, karena dia akan bilang "lalu kerja kamu apa?".
Apa ada respon dari kesekjenan, pihak Istana, aparat kepolisian atau intelijen setelah anda menjadi terkenal karena doa anda?
Enggak ada tapi kalau birokrat ada. mereka meng-apreciate, karena mereka merasa terwakili karena enggak ada yang berani bilang seperti itu. Bahkan ada yang nanya apa ada telepon dari istana? dari BIN? apa mau diperiksa polisi, saya bilang enggak ada.
Dari tadi saya jalan ke ruang pimpinan Komisi III, MKD, lama saya jalan karena semua PNS disini ucapin selamat gitu lho. Kalau ditanya siapa saja? Saya enggak bisa bilang karena banyak PNS disini. Saya juga mikir, waduh kenapa bisa jadi begini?
Apa pengalaman anda sehingga bisa didapuk menjadi pimpinan doa pada sidang paripurna?
Kurang lebih 40 tahun, karena saya kan sudah 58 tahun dan saya sudang berdoa itu sejak kelas 3 SMP. Dari tahun 1978 waktu itu kelas 3 SMA saya sudah jadi ustad keliling provinsi. Jadi memang doa saya itu tak bisa saya karang. Sebagai contoh kan soal peristiwa Medan.
Saya itu mendapat telepon ketika saya berjalan dari sini (ruang kerja) jadi waktu saya teringat arogansi aparat maka keluar saja dalam doa, tidak saya catat. Doa dan Pidato saya memang belum pernah pakai teks, jadi kalau saya khutbah, ceramah saya tidak pernah pakai teks.
Pernah diminta pakai teks, saya siapkan garis besarnya, saya serahkan ke panitia Salat Idul Fitri waktu itu di Masjid Agung. Tetap saja saya ceramah tidak sesuai teks karena tidak relevan dengan realita saat itu. gatra.com
Loading...