TEGAL- Kekerasan di lingkungan dunia pendidikan kembali terjadi. Adalah santri Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Khair, Dukuh Babakan, Desa Jatimulya, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah yang tewas mengenaskan.
Diduga, santri yang bernama Muhammad Roihanul Ilmi Muadib (13) ini tewas karena dikeroyok oleh teman-temannya sendiri di ponpes tersebut. Peristiwa ini bermula pada Selasa malam (27/9/2016) lalu. Kala itu, anak pertama dari pasangan Kholidin (38) dan Baroyah (36) warga RT 6 RW 1 Desa Brekat, Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal, usai melaksanakan salat Magrib.
“Setelah salat magrib, korban kemudian berkelahi dengan santri lainnya. Kabarnya, korban dikeroyok. Saya juga baru tahu setelah salat Isya,” kata Pengurus Ponpes Darul Khair, Abdul Muksiqth, saat ditemui di rumah duka, Desa Brekat, Kecamatan Tarub, Jumat pagi (30/9/2016).
Pada saat itu, Abdul mengaku langsung melerainya. Tetapi, pada Rabu paginya (28/9/2016), korban berkelahi lagi dengan temannya di Madrasah Tsanawiyah (MTs). Hingga akhirnya, pada Rabu malam, tubuh korban mendadak panas. Melihat itu, pihaknya bergegas membawa korban ke bidan desa setempat.
Korban sempat diberi obat penurun panas oleh bidan tersebut. Tapi, kondisi korban semakin kritis. Sehingga pada Kamis pagi korban dibawa ke Rumah Sakit Islam Harapan Anda Kota Tegal. “Kamis sorenya sekitar jam enam, korban meninggal dunia di rumah sakit,” tuturnya.
Ayah korban, Kholidin, mengaku sangat menyayangkan kejadian tersebut. Mestinya, pengurus ponpes langsung menghubunginya saat peristiwa itu terjadi. Tapi, pihaknya baru dihubungi ketika kondisi anaknya sudah kritis.
Berdasarkan diagnosa dokter, lanjut Kholidin, paru-paru anaknya pecah karena terkena pukulan benda keras. Selain itu, di tangan kiri korban juga ada bekas sundut rokok.
Parahnya lagi, telinga korban juga berwarna biru dan hidungnya mengeluarkan darah tanpa henti. Saat hendak diberi jarum infus, tubuh korban juga menolak. “Ini harus diproses secara adil. Supaya tidak terjadi lagi dengan santri-santri lainnya,” tegasnya.
Tetangga korban, Muslih, menuturkan, korban yang akrab disapa Raihan ini merupakan anak yang baik. Selain pendiam, korban juga sopan dan rajin beribadah.
“Ketika saya memandikan jenasah korban, saya sempat nangis. Saya gak tega melihat kondisi tubuh korban. Tubuhnya berwarna biru dan lebam,” tutur Muslih yang sehari-hari berprofesi sebagai Pengawas SD di UPTD Dikpora Kramat.
Kapolres Tegal AKBP Adi Vivid Agustiadi Bachtiar, melalui Kapolsek Lebaksiu AKP Ngakan Putra dan Kapolsek Tarub AKP Supriyadi saat ditemui di rumah duka, menyatakan, Raihan meninggal dunia karena diduga menjadi korban pengeroyokan oleh teman-temannya sendiri di ponpes tersebut.
Korban saat ini sedang diotopsi di RSUD Dr Soeselo Slawi. Sementara untuk para saksi, sudah diamankan di Mapolres Tegal. “Dugaan sementara, ini korban pengeroyokan. Untuk saksi, jumlahnya sekitar 6 anak. Kini sudah diamankan,” tandasnya. (pjk/ss/nf)
Loading...