Di Balik Kesederhanaan, Ternyata 4 lomba 'HUT RI' Ini Menyimpan Sejarah Tragis dan Haru

Perayaan kemerdekaan Indonesia merupakan bentuk suka cita dan syukur terhadap nikmat kemerdekaan selama ini berkat para pahlawan terdahulu. Ada banyak kegiatan yang dilakukan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang identik dengan sebutan “17 Agustusan“, mulai dari upacara bendera, karnaval kendaraan hias sampai perlombaan rakyat yang identik dengan lomba 17 Agustus.

Nah, bicara tentang lomba 17 Agustus, ternyata mereka banyak memiliki cerita yang melatarbelakangi terciptanya perlombaan 17 Agustus ini lho. Bahkan, 4 lomba 17 Agustus yang biasanya selalu ini memiliki sejarah tragis di masa lalu. Penasaran? Yuk simak!

Lomba makan kerupuk


Lomba makan kerupuk adalah salah satu lomba yang tak pernah absen untuk meramaikan lomba 17 Agustus di Hari Kemerdekaan Indonesia. Dari persiapannya sendiri pun juga bisa dibilang cukup sederhana, hanya menyiapkan kerupuk yang diikatkan ke tali kemudian digantung secara berjejer menggunakan benang tipis. Umumnya, tali kerupuk ini ditempatkan lebih tinggi dari badan peserta lomba yang kebanyakan anak-anak ini. Lomba dilanjutkan dengan memakan kerupuk sampai habis dengan posisi kaki berjinjit.

Dibalik keseruannya, ternyata lomba 17 Agustus yang satu ini diciptakan saat Indonesia dijajah oleh Belanda dimana rakyat Indonesia hanya bisa memakan nasi dengan kerupuk karena kekurangan pangan. Untuk mengingat dan mengenang peristiwa tersebut, maka setiap lomba 17 Agustus selalu diadakan perlombaan ini.

Lomba balap karung


Jenis perlombaan ini jadi salah satu paling favorit dalam lomba 17 Agustus untuk memperingati Hari Kemederkaan Indonesia. Lomba yang satu ini paling populer di era 90-an. Aturan mainnya sederhana, hanya dengan meloncat menggunakan karung untuk mencapai garis akhir.

Dibalik keseruan lomba ini, ternyata ada sejarah kelam dibaliknya yaitu saat Indonesia dijajah Jepang. Saat itu, penduduk Indonesia hanya menggunakan karung goni sebagai pakaian sehari-harinya.

Panjat pinang


Siapapun pasti mengenal lomba 17 Agustus ini untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia. Lomba panjat pinang sudah menjadi ikon utama penghias kemeriahan 17 Agustus. Aturan mainnya sederhana, hanya cukup bekerja sama dengan tim untuk memanjat pohon pinang setinggi 10 meter yang sudah dilumuri dengan oli. Meskipun terlihat sederhana, namun nggak semua orang mampu menyelesaikan tantangan ini karena licinnya sang oli tersebut.

Biasanya, lomba ini diikuti oleh pria remaja sampai dewasa dengan aturan 3-5 orang per tim. Setiap tim yang berhasil sampai di puncak akan mendapatkan setiap hadiah yang tergantung di sana.

Dibalik kemeriahan lomba ini ternyata ada sejarah kelam lho. Jenis permainan ini berasal dari Belanda yang bernama De Klimast yang artinya tiang panjang. Saat dibawa ke tanah air, tidak seorang Belanda pun yang mau mengikuti perlombaan ini karena dianggap menjijikan karena orang yang berada di bawah harus rela diinjak-injak hingga sampai ke atas. Nah, kata ‘diinjak’ inilah yang membuat orang Belanda mempunyai inisiatif mengadakan perlombaan ini untuk menertawakan masyarakat pribumi.

Karena dahulu bangsa kita kesulitan bahan pangan, maka banyak rakyat pribumi yang rela dengan senang hati berbondong-bondong mengikuti perlombaan tersebut hanya untuk mendapatkan sedikit beras.

Lomba tarik tambang


Lomba tarik tambang juga mempunyai sejarah yang tidak kalah tragis. Dulu, rakyat Indonesia dipaksa oleh Belanda untuk bekerja keras dan berat, salah satunya dengan menggunakan tali tambang untuk menarik batu dan benda-benda lainnya. Karena kurangnya hiburan di masa tersebut, para pekerja di zaman tersebut menggunakan tali tambang sebagai bahan guyonan. Sampai saat ini, tarik tambang justru dijadikan sebagai salah satu lomba 17 Agustus yang tidak boleh terlewat.

Nah, itu dia kelima lomba 17 Agustus yang tercipta lengkap dengan sejarahnya. Apa lomba 17 Agustus favoritmu?

https://www.shopback.co.id/blog/bikin-haru-sejarah-tragis-dibalik-4-lomba-di-hari-kemerdekaan-indonesia
Loading...

    Loading...