Pengakuan mengejutkan dari pihak sekolah yang tidak mengakui tabungan Rp 42,7 juta, ibunda rosita asih akan tagih terus

Dok: ibunda rosita asih, wijiati. ©2017 Merdeka.com/darmadi

Setoran tabungan rutin Rosita Asih senilai Rp 42,7 juta tidak diakui oleh pihak sekolahnya, MTS Negeri Tumpang, Kabupaten Malang. Hanya sebesar Rp 135 ribu saja yang diakui dan berdasar catatan di buku tabungan resmi di sekolah itu.

Ibunda Rosita Asih, Wijiati ini mengaku menabung dengan sistem kepercayaan kepada pihak sekolah anaknya. Sudah tiga tahun sistem tabungan seperti itu diikutinya, dan selama ini berjalan lancar.

"Tahun ini saja yang tidak beres, sejak kelas satu juga menabung seperti ini," kata Wijiati.

Wijiati menegaskan, bahwa tabungan itu disetorkan oleh anaknya kepada wali kelasnya, Widyawati. Setiap kali setor tabungan, dirinya mencatat di sebuah buku.

"Nyata-nyata anak saya menyetorkan kepada wali kelasnya, tetapi giliran mencairkan tidak mengakui," katanya.

Sementara pihak sekolah melalui wali kelas juga melakukan pencatatatan. Selama dua tahun menabung, catatan itu selalu sesuai dengan catatan yang dibuatnya.

Saat dibutuhkan atau diambil biasanya akan diberi tahu nilai yang masih tersisa di sekolah. Tetapi saat akan diambil, mengaku akan diantar ke rumah karena nilainya yang cukup besar.

Wijiati akan terus berusaha mendapatkan uangnya kembali sampai kapan pun. Hasil jerih payahnya sepanjang tahun itu sengaja ditabungkan agar anaknya bisa melanjutkan sekolah.

Sebagaimana dilansir laman Merdeka, "Sampai kapan pun, 5 sampai 10 tahun akan terus saya tagih. Dia sudah tidak benar, janjinya mau diantar kok malah ingkar," katanya dengan nada tinggi.

Baca : Pihak sekolah bongkar fakta ganjil terkait tabungan siswi yang ngaku hingga Rp 42 juta

Kata Wijiati, wali murid yang lain kemungkinan juga mengikuti cara seperti yang dilakukannya. Setoran dengan cara masing-masing saling mencatat.

"Kemungkinan memang sengaja menilep uang kami. Kita bekerja sehari, termasuk uang titipan sapi bapaknya, ternyata uangnya tidak bisa diharapkan," katanya.

Sementara itu, dalam catatan versi Wijiati, beberapa kali pihaknya menyetor antara Rp 500 ribu sampai Rp 2 juta.
Loading...

    Loading...