Silahkan Share - Santoso, alias Abu Wardah, pimpinan kelompok bersenjata Mujahidin Indonesia Timur di Poso Sulawesi Tengah, tewas dalam baku tembak dengan tim satuan tugas Operasi Tinombala pada pekan lalu.
Berondongan peluru membuat langkah pria yang sudah 'menguasai' hutan Poso sejak 2012 ini pun terhenti. Santoso tewas bersama seorang rekannya bernama Muktar.
Sementara tiga lainnya, termasuk istri keduanya, Jumiatun, alias Atun, alias Umi Delima, berhasil melarikan diri. Kini, jasad pria yang pernah ditetapkan dalam buruan teroris Internasional ini telah dimakamkan di di Dusun Landangan, Desa Lantojaya, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Sejauh ini, sejumlah fakta pun terungkap di balik kematian Santoso alias Abu Wardah. Berikut sejumlah fakta di balik kematian Santoso:
1. Hubungan baik dengan Abu Sayyaf
Pengamat teroris yang juga mantan anggota Negara Islam Indonesia (NII) Al Chaidar berpendapat, Santoso memiliki hubungan baik dengan kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina. Salah satu alasannya adalah, beberapa pentolan Santoso pernah mendapatkan pelatihan di Mindanau, sebelum memutuskan memberontak di Poso. "Mereka menjalin hubungan baik dengan Abu Sayyaf," kata Chaidar.
2. Tewas dengan lima peluru
Dari pemeriksaan medis, Santoso tewas dengan lima luka tembakan oleh anggota Raider TNI di operasi Tinombala. Empat peluru menembus dada dan perut dan satu peluru menembus lengan. Kepala Santoso sepertinya disengaja untuk tidak ditembak dalam penyergapan pada Senin 18 Juli 2016.
3. Lari telanjang
Kontak tembak petugas dan kelompok Santoso terjadi saat, Santoso dan istrinya, serta tiga lainnya sedang beristirahat untuk mandi dan membersihkan diri di sungai. Saat itu, usai Santoso tertembak, Jumiatun, alias Umi Delima merebut senjata Santoso dan melontarkan tembakan membabi buta ke petugas.
"Istri Santoso itu melarikan diri sambil menembaki aparat dengan kondisi telanjang," kata Wakil Komandan Pelaksana Operasi Tinombala, Brigadir Jenderal TNI Ilyas Alamsyah, Selasa 19 Juli 2016.
4. Diiikat tali kambing
Jumiatun, alias Umi Delima, istri Santoso dilaporkan berlari terpisah dari Basri dan istrinya usai penggerebekan pada Senin 18 Juli 2016. Selama lima hari, Umi Delima berlari dan bersembunyi di hutan. Sebelum akhirnya ditemukan warga pada Sabtu 23 Juli 2016.
Umi Delima, istri Santoso dalam kondisi terikat tali saat diamankan tim Satgas Operasi Tinombala di kawasan hutan Poso, Sabtu (23/7/2016).
Saat ditemukan, Umi Delima dalam kondisi kelelahan dan kelaparan. Ia pun dibantu petani yang menemukan dengan diberi makanan sebelum akhirnya diserahkan ke Posko Satgas Tinombala. "Karena ia tidak membawa senjata, petani akhirnya mengikat tangan Jumiatun (Umi Delima) dengan tali dan membawanya ke Posko Satgas Tinombala," kata Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Rudy Sufahriadi.
5. Santoso Pernah Sambangi RS di Palu
Pengakuan Jumiatun, alias Umi Delima, pada tahun 2014 lalu, saat dirinya hamil dan hendak melahirkan, ia mengaku turun bersama Santoso ke Kota Palu, Sulawesi Tengah. Kedua pasangan suami istri ini, bahkan sempat melahirkan anak mereka di RS tanpa sepengetahuan militer.
"Luar biasa kan? Santoso sudah menjadi DPO, Umi Delima melahirkan di Palu, dan diantar sendiri oleh Santoso, itu 22 bulan yang lalu," kata Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Rudy Sufahriadi.
BACA JUGA: |
Loading...