Silahkan Share -
Dasrul (52), guru yang dikeroyok murid dan ayahnya masih dirawat di RS Bhayangkara, Makassar. Dia masuk rumah sakit sejak Kamis (11/8) sekitar pukul 03.00 WITA karena merasa pusing saat pemeriksaan cukup lama di Mapolsek Tamalate.
“Terganggu pernapasan. Kata dokter, hidung saya patah akibat pukulan. Penglihatan mata kiri juga terasa kabur,” tutur Dasrul, di RS Bhayangkara, Jumat (12/8).
Dasrul mengatakan, pemberitaan terkait dirinya simpang siur. Muridnya berkata seolah-olah dia menginjak-injak, memukul keras sehingga datang ayahnya membalas.
“Saya memang menampar tapi tidak keras. Itu spontan karena keluar kata kotor dari mulut anak ini. Lalu di luar beredar kalau saya menginjak-injak. Padahal kenyataan anak itu mulus saja, tidak ada bekas tendangan di pakaiannya,” ungkap Dasrul.
Diketahui, pengeroyokan bermula ketika dia menegur MAS lantaran tidak membawa alat praktik gambar seperti yang ditugaskan kepada lainnya.
“Anak itu tidak terima saat ditegur. Kemudian dia keluar masuk ruangan kelas dan hendak ke kantin. Saya tegur lagi, anak ini melotot, keluarkan kata kotor dan menendang pintu. Saya refleks menampar. Anak itu keluar ruangan dan menelepon orangtuanya. Bukti anak ini sedikit nakal dari yang lain karena dia bawa ponsel padahal itu tidak diperkenankan di sekolah,” ujar Dasrul, di Mapolsek Tamalate, Rabu (10/8).
Tak berapa lama kemudian, siswa kelas 2 jurusan arsitek tersebut datang bersama ayahnya. Saat itu Dasrul akan ke ruang kepala sekolah untuk mengurus sesuatu. Namun, tiba-tiba datang MAS dan berteriak. Ayah dan anak itu kemudian langsung meninju bagian wajah sang guru.
Sehingga bogem mentah dua kali melayang ke bagian hidung Dasrul membuat darah banyak keluar. Setelah mengeroyok, keduanya kabur setelah dihampiri oleh para murid lainnya.
Adnan mengaku spontan memukul Dasrul, tapi dia membantah jika anaknya ikut memukul.
“Saya spontan memukul. Siapa yang tidak kesal kalau anaknya dipukul,” ucap Adnan.
Kapolsek Tamalate, Kompol Azis Yunus membenarkan kejadian ini. Kata dia, beruntung anggota Binmas berada tidak jauh dari sekolah sehingga tidak sempat terjadi aksi massa terhadap anak dan ayahnya itu oleh murid lainnya.
“Soal dua versi berbeda antara korban dan pelaku, kita lihat saja nanti proses hukumnya,” kata Azis.(dac/wn)
Loading...