(Di suatu jalan di London, Ratna seorang wartawati bersama Galih si juru kamera sedang meliput tema Islamisasi Eropa)
Galih: "Nah, mbak itu aja gimana?"
(Galih menunjuk seorang perempuan bercadar)
Ratna: "Itu sih orang Arab, kita cari orang lokal"
Galih: "Yang itu gimana? Bule tuh.."
Ratna: "Wah itu fanatik, liat aja pakaian kaya seprei menyeret aspal, suaminya Arab mungkin!
Nah.. Yang itu saja!" (Ratna menunjuk bule berkerudung gaul, dengan celana jeans dan kaos)
Ratna: (By English)
Good afternoon sister, boleh wawancara?"
Judy: "Boleh.. Dengan senang hati.."
Ratna: "Sejak kapan mbak masuk Islam? Dan bagaimana tanggapan lingkungan terhadap
mbak?"
Judy: "Wah.. Anda tahu saya telah Islam? Baru 1 jam yang lalu saya bersyahadat di masjid seberang jalan"
Ratna: "Wah, selamat kalau begitu, ya saya tau lah mbak beragama Islam, penampilan mbak itu islami"
Judy: "Semoga Allah memaafkan saya, saya baru mau mencari pakaian yang sesuai dengan tuntunan syar'i , Islam itu indah, menjaga perempuan, mbak harus mempertimbangkan masuk ke agama Islam ini?!
Ratna: "Alhamdulillah, tapi saya sudah Islam mbak, saya dari Indonesia"
Judy: "Hahh.. Anda juga muslimah? Mengapa anda berpakaian sama seperti saya? Bahkan tidak berkerudung/jilbab?!
Ratna: "Prinsip saya, hijabi hati dulu mbak, di negara saya hal ini lumrah dah biasa, Indonesia tidak panas dan berdebu seperti di Arab, Islam saya Islam Indonesia, bukan Islam Arab"
Judy: "ooh, saya sesaat sempat mengira hati anda belum yakin akan ajaran Islam, tapi rupanya ada Muhammad lain yang asalnya dari Indonesia, sehingga Islam anda Islam Indonesia!"
Dialog yang ditulis oleh Liena Laksana di atas menjadi viral di media sosial. Entah hanya ilustrasi atau berdasarkan kisah nyata, mengingat nama pemerannya bukanlah nama sebenarnya. Namun, ibrahnya kuat. “Makjleb,” kata sejumlah pengguna media sosial, Sebagaimana dikutip Tarbiyah.
Seringkali muslimah yang tidak berjilbab beralasan “hijabi hati dulu” sebelum berhijab. Padahal, berhijab merupakan salah satu bentuk ketundukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana mungkin bisa disebut hijabi hati jika hatinya belum tunduk kepada perintah Allah?
Berhijablah. Maka salah satu perintah besar dari Allah dan RasulNya telah muslimah tunaikan. Sedangkan memperbaiki hati, tak kalah pentingnya untuk terus dilakukan dan diupayakan. Namun jangan karena alasan perbaikan hati belum final lantas perintah utama justru ditinggalkan.
Dan perlu kita tahu, menutup aurat berlaku di negara manapun. Tak peduli Arab, Eropa atau Indonesia. Sebab Islam diturunkan untuk seluruh dunia.
Loading...