Kisah Nyata: Begini Pengakuan Ngeri Algojo 'Si Penembak Mati' Di Nusakambangan


Indonesia beberapa waktu lalu telah melaksanakan eksekusi terhadap terpidana mati kasus narkoba di Pulau Nusakambangan. Lalu bagaimana perasaan sang Algojo setelah menjalankan perintah eksekusi tersebut ? Berikut kesaksian salah satu anggota brimob yang pernah menjadi Algojo pelaksanaan eksekusi mati.

Eksekusi dilakukan didalam hutan di kawasan pulau Nusakambangan dalam kondisi yang gelap atau hanya samar-samar karena menggunakan penerangan yang sangat sedikit. Ada 2 regu yang telah bersiap. Regu pertama bertugas mengawal dan membelenggu para tahanan. Sedangkan regu lainnya sebagai tim eksekutor.

Menarik pelatuk merupakan bagian termudah, Sedangkan bagian terburuk adalah bersentuhan dengan terpidana, mengikat badan, tangan dan kakinya ke tiang dengan seutas tali. Anggota Brimob yang tak mau disebutkan namanya itu telah merasakan berada di dua tim tersebut.

Baca Juga: Kisah Nyata !!! Seorang Gadis Cantik Yang Memesan Kamar Di Neraka Akhirnya Terkabul Juga

Terpidana akan diikat tangannya kebelakang tiang. Mereka bisa memilih posisi berdiri atau berlutut. Bagi petugas, berbicara dengan tahanan adalah hal yang selalu dihindari agar kuat dalam menjalankan tugas.

"Saya hanya mengatakan maaf karena saya hanya melakukan pekerjaan," terang algojo yang tak mau disebut namanya tersebut.

Terpidana tidak akan tahu nyawanya melayang ditangan petugas yang mana, karena dari 12 anggota regu tembak hanya beberapa yang senjatanya berisi peluru. Mereka mengambil jarak antara 5-10 meter dan akan menembak dengan senjata M16s setelah diperintahkan.

M16s, Kisah Nyata, Pengakuan Algojo Eksekusi Mati Nusakambangan
M16s Riffle via www.imfdb.org
Rasa bersalah pasti akan menghantui mereka yang mengemban tugas terssebut. Jika boleh memilih, kata algojo itu, mereka tak akan mau menjadi algojo.

"Kami hanya datang, ambil senjata, menembak, dan menunggu sampai mereka mati. Selang 10 menit setelah tembakan, jika dokter mengatakan bahwa dia mati maka kita kembali, itu saja."

Jika setelah dicek ternyata tahanan belum meninggal, maka petugas yang ditunjuk akan menembak dari jarak dekat tepat di kepala terpidana.

"Saya terikat dengan sumpah saya sebagai seorang prajurit. Tahanan melanggar hukum dan kita melaksanakan perintah. Pertanyaan apakah itu dosa atau tidak terserah Allah," katanya.

Baca Juga: Rasulullah Pernah Menyebut Bangsa Indonesia

Karena guncangan psikologis yang menimpanya tersebut, tidak heran jika sang algojo membutuhkan bimbingan rohani dan bantuan psikologis setelah menuntaskan tugas berat tersebut. (riauone)
Loading...

    Loading...